"warga kalimantan membawa barang dagangannya kemalaysia"
Untuk biaya kesehatan itu memang mahal. Namun, hal itulah yang harus
dilakukan jika ingin sehat. Sejumlah warga perbatasan Indonesia dengan
Malaysia di Kecamatan Jagoibabang Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
ini, sudah terbiasa berobat ke negara tetangga itu. Warga perbatasan di
Jagoibabang ini memang milih berobat ke Malaysia karena lebih dekat dan
berkualitas.
"Warga Indonesia di perbatasan ini banyak berobat ke Malaysia, karena kalau di tempat kita (Indonesia) kualitasnya kurang bagus. Sangat jauh ke tempat rumah sakitnya punya kita. Sedangkan ke Malaysia hanya dekat saja ke daerah Tembelin, Malaysia. Hanya satu jam lebih lah jaraknya dari tempat kita ini. Namun warga perbatasan selalu setia dengan NKRI ini, ” tutur Desy di perbatasan RI-Malaysia Jagoibabang, kepada Aktual.co, baru-baru ini.
Wanita keturunan Dayak Iban Bidayuh ini mengatakan, selain berobat ke Malaysia warga perbatasan juga menjual hasil bumi mereka ke Malaysia. "Kalau hari minggu ramai sekali orang berdagang di Pasar Serikin, Malaysia. Lumayan lah orang Indonesia berjual di Pasar Serikin Malaysia untungnya sangat besar. Mereka itu membawa sayur mayur kesana. Harganya jauh lebih mahal di Malaysia,” kata wanita berusia 45 tahun ini.
Proses menjual hasil bumi dari Indonesia memang sudah lama. “Sekarang ini semakin ramai orang berdagang. Orang Indonesia sukses-sukses setelah berjualan di Pasar Serikin Malasyia. Dulu mereka pakai motor jelek, sekarang sudah pake mobil itu orang. Berartikan keuntungannya besar," paparnya
Meski berbahasa Indonesia dengan baik, warga perbatasan tak menikmati sajian informasi berita dan hiburan Indonesia. Lokasi kampung mereka yang dekat dengan Malaysia membuat siaran radio dan televisi yang mereka nikmati adalah dari Malaysia. Konsekuensinya, mereka lebih mengetahui berita negeri jiran itu dibanding perkembangan ekonomi-politik negeri sendiri.
Untuk transaksi jual beli di perbatasan itu menggunakan dua mata uang, yakni Rupiah dan Ringgit Malaysia. Namun demikian, hal itu bukan menjadi permasalahan bagi warga perbatasan.
Untuk diketahui, Kecamatan Jagoibabang merupakan salah satu pintu negara RI di Kalimantan Barat ini yang belum terurus dengan baik hingga kini. Jarak dari Ibukota provinsi ini (Pontianak) - Jagoibabang 299 kilometer. Jalan raya yang menghubungkan kedua kota itu sudah diaspal hingga di batas negara RI-Malaysia ini.
Aktivitas warga di perbatasan pun tidak jauh dari produk negara tetangga, Malaysia. Semua kebutuhan pokok dipasok dari Malaysia. Apa daya, karena menunggu produk dari Indonesia tak kunjung datang. Bongkar muat produk Malaysia sudah lumrah terjadi di perbatasan ini.
Truk-truk berukuran besar membawa produk dari Malaysia ke Indonesia, tepatnya di pintu masuk di Jagoibabang ini. Sementara dari Indonesia, sejumlah warga perbatasan hanya membawa hasil bumi berupa sayuran dengan menggunakan sebuah sepeda motor. Ironis memang. Namun, hal ini tentunya sudah menjadi bagian kehidupan sejumlah di perbatasan itu.
Dari pasar Serikin, Malaysia itu warga kembali membawa kebutuhan pokok dari Malaysia, seperti, gas elpiji, telur, ayam, minuman kaleng, gula pasir, beras, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pemantauan beberapa hari lalu di lapangan, tampak sejumlah truk sedang membongkar beras . Beras dan pupuk itu diangkut ke Kota Singkawang dan Pontianak. Bukannya tak mau mengantar dan menjual barang ke negeri sendiri. Jalan becek dan rusak harus mereka lalui untuk menuju pasar terdekat di Indonesia.
"Warga Indonesia di perbatasan ini banyak berobat ke Malaysia, karena kalau di tempat kita (Indonesia) kualitasnya kurang bagus. Sangat jauh ke tempat rumah sakitnya punya kita. Sedangkan ke Malaysia hanya dekat saja ke daerah Tembelin, Malaysia. Hanya satu jam lebih lah jaraknya dari tempat kita ini. Namun warga perbatasan selalu setia dengan NKRI ini, ” tutur Desy di perbatasan RI-Malaysia Jagoibabang, kepada Aktual.co, baru-baru ini.
Wanita keturunan Dayak Iban Bidayuh ini mengatakan, selain berobat ke Malaysia warga perbatasan juga menjual hasil bumi mereka ke Malaysia. "Kalau hari minggu ramai sekali orang berdagang di Pasar Serikin, Malaysia. Lumayan lah orang Indonesia berjual di Pasar Serikin Malaysia untungnya sangat besar. Mereka itu membawa sayur mayur kesana. Harganya jauh lebih mahal di Malaysia,” kata wanita berusia 45 tahun ini.
Proses menjual hasil bumi dari Indonesia memang sudah lama. “Sekarang ini semakin ramai orang berdagang. Orang Indonesia sukses-sukses setelah berjualan di Pasar Serikin Malasyia. Dulu mereka pakai motor jelek, sekarang sudah pake mobil itu orang. Berartikan keuntungannya besar," paparnya
Meski berbahasa Indonesia dengan baik, warga perbatasan tak menikmati sajian informasi berita dan hiburan Indonesia. Lokasi kampung mereka yang dekat dengan Malaysia membuat siaran radio dan televisi yang mereka nikmati adalah dari Malaysia. Konsekuensinya, mereka lebih mengetahui berita negeri jiran itu dibanding perkembangan ekonomi-politik negeri sendiri.
Untuk transaksi jual beli di perbatasan itu menggunakan dua mata uang, yakni Rupiah dan Ringgit Malaysia. Namun demikian, hal itu bukan menjadi permasalahan bagi warga perbatasan.
Untuk diketahui, Kecamatan Jagoibabang merupakan salah satu pintu negara RI di Kalimantan Barat ini yang belum terurus dengan baik hingga kini. Jarak dari Ibukota provinsi ini (Pontianak) - Jagoibabang 299 kilometer. Jalan raya yang menghubungkan kedua kota itu sudah diaspal hingga di batas negara RI-Malaysia ini.
Aktivitas warga di perbatasan pun tidak jauh dari produk negara tetangga, Malaysia. Semua kebutuhan pokok dipasok dari Malaysia. Apa daya, karena menunggu produk dari Indonesia tak kunjung datang. Bongkar muat produk Malaysia sudah lumrah terjadi di perbatasan ini.
Truk-truk berukuran besar membawa produk dari Malaysia ke Indonesia, tepatnya di pintu masuk di Jagoibabang ini. Sementara dari Indonesia, sejumlah warga perbatasan hanya membawa hasil bumi berupa sayuran dengan menggunakan sebuah sepeda motor. Ironis memang. Namun, hal ini tentunya sudah menjadi bagian kehidupan sejumlah di perbatasan itu.
Dari pasar Serikin, Malaysia itu warga kembali membawa kebutuhan pokok dari Malaysia, seperti, gas elpiji, telur, ayam, minuman kaleng, gula pasir, beras, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pemantauan beberapa hari lalu di lapangan, tampak sejumlah truk sedang membongkar beras . Beras dan pupuk itu diangkut ke Kota Singkawang dan Pontianak. Bukannya tak mau mengantar dan menjual barang ke negeri sendiri. Jalan becek dan rusak harus mereka lalui untuk menuju pasar terdekat di Indonesia.
semoga bermanfaat untuk semuanya...
refrensi : http://www.aktual.co/nusantara/131107kisah-warga-kalimantan-di-perbatasan-malaysia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar