Minggu, 14 Desember 2014

masjid agung sumenep, masjid tertua dimadura

Tak jauh dari Keraton Sumenep terdapat satu bangunan unik yang menjadi salah satu daya tarik wisata di kota ini. Masjid Agung Sumenep namanya, terkadang dikenal pula sebagai Masjid Jamik Sumenep. Tembok bagian depannya tampil sangat megah berhiaskan gapura dengan warna cat yang sangat mencolok. Perpaduan warna kuning, hijau, dan putih membalut pagar pelindung itu dengan cantik. Warna yang digunakan masyarakan Madura memang cenderung lebih berani bila dibandingkan dengan warna di Jawa yang lebih kalem.
Bangunan masjid ini terletak di sebelah barat alun-alun. Sedangkan keraton sendiri terletak di timur alun-alun kota. Percaya atau tidak tata letak seperti ini sangat umum dijumpai di kota-kota di Pulau Jawa. Letak masjid yang berada di arah mata angin sebelah barat menandakan masyarakat yang religius, menyembah ke pada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan letak keraton yang ada di timur menandakan rasa hormat masyarakat pada pemimpin. Selain itu juga sebagai perlambang keharmonisan hubungan antar sesama manusia.
"masjid agung sumenep terlihat dari alun-alun"
 
Konon Masjid Agung Sumenep ini tercatat sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia. Pembangunannya dimulai tak lama setelah bangunan Keraton Sumenep selesai dibangun. Inisiatif pendirian masjid dilakukan oleh Panembahan Somala sekitar tahun 1779 dan selesai pada tahun 1787. Ciri arsitekturnya mendapat pengaruh dari Jawa, Eropa, dan Cina. Arsiteknya juga masih orang yang sama dengan maestro di balik Keraton Sumenep, Lauw Piango.
Awalnya masjid ini dibangun sebagai pelengkap keraton, yaitu sebagai tempat ibadah untuk keluarga keraton. Namun saat ini, masjid sudah digunakan secara umum oleh masyarakat Sumenep bahkan oleh mereka yang datang dari luar pulau untuk sekedar berziarah ke tempat-tempat yang dianggap suci di kota ini.

 "bagian dalam masjid agung sumenep"

Setelah dibuat terkagum-kagum di Keraton Sumenep, saya kembali harus mengumbar pujian demi melihat keindahan masjid ini. Sayangnya dua orang teman saya sore itu, Slamet dan Wahyu, hanya mengenakan celana pendek. Mereka tak mungkin menemani saya menengok ke dalam karena pakaian yang tak sopan itu. Pada hal sebenarnya saya sangat ingin menengok keindahan gedung megah ini lebih dekat. Kalau harus sendirian, saya merasa agak sungkan. Bukan apa-apa sih, takut berbuat sesuatu yang menyalahi adat sopan-santun berperilaku di dalam rumah ibadah.
Akhirnya dengan berat hati, saya hanya menikmati keagungan arsitektur masjid ini dari luarnya saja.

refrensi : http://bocahpetualang.com/masjid-agung-sumenep-masjid-tertua-di-madura.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar